Selasa, 21 Juli 2009

Go To Action

Apa mungkin memang musim kontes ya sekarang. Kontes SEO tampaknya sedang marak sekarang ini. Beberapa teman pada minta suntikan link padahal blog ini sudah setengah taun tidur. Tidur dalam buaian mimpi. Mimpi kepingin sukses. A nice dream, but so hard to become true. Bunyinya seperti mengandung keputusasaan ya? Sebenarnya juga nggak. Karna blog ini telah melahirkan inspirasi yang sangat penting dalam hidup pemiliknya. Atau memang telah menjadi takdirnya untuk dilupakan setelah memberikan yang terbaik. Jadi ingat curhat teman saya yang pacaran sama anak band. Ia telah berika segalanya, tetapi setelah itu dilupakan. Yah, karena cewek-cewek yang lebih segar dan menarik terus berdatangan padanya. Entahlah. Tetapi kali ini blog ini harus kembali menjalani takdirnya. Memberikan dukungan untuk blog lain yang sedang berusaha mewujudkan impiannya.

Sebuah blog berangkat dari impian berusaha untuk merangkak di arena pertarungan para master. Pemiliknya bener-bener bernyali besar. Memang harus didukung meskipun saya sendiri nggak yakin bakalan tampil di halaman pertama. Katanya, bukan hasil tetapi proses yang ia coba nikmati. Masak sih? Mungkin memang dia sendiri yakin tak mungkin memenangkan pertarungan itu. Tetapi baginya ia terlibat dalam kontes itu dengan segala dinamikanya yang akhirnya bisa menambah pengalamannya. Bukankah pengalaman adalah guru yang terbaik? Itulah sebabnya dia memberanikan diri dalam kontes SEO stop dreaming start action. Sebuah tema yang penuh motivasi. Bukankah mimpi memang perlu, tetapi lebih penting adalah tindakan, sebuah action untuk mewujudkan impian itu. Oke deh bro. Go to action right now. Semoga sukses ya.

Rabu, 11 Maret 2009

KISAH SUKSES LEK KAMPRET

Lek Kampret adalah nama panggilan. Nama sebenarnya saya tidak tahu. Sehari-harinya dia memang akrab dipanggil dengan nama itu. Apakah arti sebuah nama? Toh kita tidak akan membahas masalah nama. Kita akan membahas KISAH SUKSES Lek Kampret.

Suatu ketika Lek Kampret pernah bertutur kepada saya tentang perjalanan hidupnya. "Saya anak yatim. Ayah saya meninggal sejak saya belum sunat..." tuturnya. "Ayah saya dari awalnya tidak punya sawah, hanya buruh tani.... sampai meninggal pun tetap tidak punya sawah... jadi tidak ada warisan buat saya dan kakak perempuan saya..." akunya. Tampak ia terbawa pada kenangan masa lalu. "Karena ibu saya tidak mampu membiayai sekolah saya, saya dititipkan pada paman saya... Di rumah paman, saya sangat tidak kerasan. Praktis saya dianggap sebagai babu. Saya harus mencarikan rumput untuk makanan ternak, ke sawah membantu membajak, mencangkul, mencari kayu bakar... di rumah masih harus menyapu dan mencuci piring... tidak ada waktu untuk bermain... berat sekali saya rasakan...," kenangnya.

Suatu hari, ia mendapat berita bahwa ibunya sakit. Ia diminta untuk pulang. Ia minta izin pada pamannya, pamannya memperbolehkan. Tetapi jarak rumahnya cukup jauh, sekitar 15 kilometer. Tentu cukup melelahkan kalau ditempuh dengan berjalan kaki. Maka ia beranikan diri untuk memimjam sepeda milik pamannya. Tetapi yang terjadi tidak seperti yang diharapkannya. Pamannya malah memarahinya. "Beraninya kamu meminjam sepeda... Memangnya kalau rusak kamu punya uang untuk mengganti....?" Kata-kata itu terasa lebih menyakitkan daripada tamparan yang sering didapatkan ketika melakukan kesalahan dalam melaksanakan pekerjaan sehari-hari.

Kampret kecil akhirnya pulang dengan berjalan kaki. Perjalanan yang jauh dan melelahkan. Seperti perjalanan hidupnya. "Beginilah nasib kalau lahir dari keluarga miskin...," pikirnya dalam hati. "Anak-anakku tidak kelak tidak boleh mengalami nasib seperti ini..."

Singkat cerita, setelah ibunya sembuh, kampret tidak mau kembali ke rumah pamannya. Tidak ada yang bisa membujuknya untuk mau kembali ke rumah penuh penderitaan fisik dan batin itu. Kampret kecil bertekat untuk bangkit, membangun harga diri dan membangun ekonominya. "Saya harus belajar dari kegagalan orang tua saya," katanya.

Karena tidak mempunyai sawah, orang tuanya hanya menjadi buruh tani. Dan, gagal secara ekonomi. "Saya tidak akan mencangkul sawah kalau bukan sawah saya sendiri," ikrarnya. Maka Kampret kecil mencoba membantu ekonomi keluarganya tidak dengan bekerja di sawah. Ia mencari kayu bakar di hutan, kemudian dijual kepasar. Begitu terus dia lakukan setiap hari. Akhirnya ia bisa menabung. Hasil tabungan dibelikan anak sapi untuk dipelihara. Sapi itu beranak hingga menjadi banyak. Suatu ketika keluarganya membutuhkan uang untuk merenovasi rumah tinggal mereka yang hampir roboh. Ia menjual sapinya, tetapi tidak kepada pedagang, melainkan langsung disembelih sendiri. Dagingnya dijual ke pasar dan ke penduduk di sekitar rumahnya. Ia tahu ternyata dari penawaran pedagang dengan hasil yang diperoleh ketika ia menjual daging mempunyai selisih yang cukup besar, maka ia bertekat untuk menjadi pedagang sapi.

Sekarang Lek Kampret adalah seorang pedagang sapi terkenal. Rumahnya terbilang sangat megah untuk ukuran kampungnya. Sawahnya berhektar-hektar, sampai-sampai pihak pemerintah desa tidak memperbolehkannya untuk membeli sawah lagi.

Ketika saya tanya apa yang membuat dia sukses. "Perlakuan dan hinaan dari paman sayalah sebenarnya yang membuat saya bisa seperti sekarang ini," jawabnya.



Sabtu, 14 Februari 2009

SUKSES HAK SEMUA ORANG

Anda tau Andrie Wongso bukan...? Sekarang lebih kita kenal sebagai seorang motivator papan atas di negri ini. Kalau Anda ingat riwayatnya dari kecil sampai sekarang, tampaknya nasib Andrie adalah suatu keajaiban. Betapa tidak. Seorang yang berasal dari keluarga sederhana, sekarang menjadi kaya raya. Lebih ajaib lagi, seorang yang SD saja tidak tamat, tampil sebagai pembicara dalam forum-forum bergengsi. Baik di lingkungan perusahan nasional dan multinasional, maupun di lingkungan akademisi. Betulkah semua karena keberuntungan belaka?

Andrie Wongso selalu mengajarkan bahwa sukses adalah hak semua orang. Dalam kacamata ini, sukses dapat kita sejajarkan dengan kemerdekaan. Yah, karena kemerdekaan pun hak semua orang. Kemerdekaan yang terampas, harus diperjuangkan. Begitu pula, sukses yang hilang dari hidup kita, harus kita perjuangkan.

"Mental Berjuang" (fighting spirit) inilah tampaknya yang membuahkan hasil dari perjalanan hidup Andrie. Jika Anda ketik nama Andrie Wongso pada search engine, akan Anda jumpai ratusan halaman memuat namanya. Dari sana kita dapatkan informasi betapa kerasnya (dan cerdasnya) ia berjuang dari kelas bawah setahap demi setahap naik ke kelas atas. Apakah suatu keberuntungan...? Yah, tentu suatu keberuntungan. Beruntung, bahwa ia terus konsisten pada perjuangannya. Maka, suatu keajaiban terjadi!

Keberuntungan. Keajaiban. Dua kata ini selalu membuat kita terpesona. "Seandainya aku yang mengalaminya...." begitu terlintas dalam benak kita. Lho..., kenapa tidak...!!! Tetapi, jangan lupa bahwa semua tidak datang dengan tiba-tiba. Keyakinan yang kuat. Setia pada proses. Inovatif. Kreatif. Maka, tidak ada yang mustahil, sebab sukses adalah hak kita semua. Tetapi, sukses hanya akan menjadi milik orang yang memperjuangkannya. Andrie Wongso telah membuktikan.

Anda percaya...? Lakukan....! Rebut hak Anda, maka hidup Anda akan jauh lebih berharga.

Rabu, 11 Februari 2009

LULUS KULIAH NGANGGUR = BODOH

Angka pengangguran memang tidak bisa dihitung secara tepat. Meskipun demikian, disebutkan di mana-mana, angka pengangguran di Indonesia termasuk sangat tinggi. Bahkan tertinggi di ASEAN. Mengapa menganggur? Pertanyaan ini bisa mengundang perdebatan. Sebab, salah satunya karena definisi tentang pengangguran sendiri sangat luas. Menurut definisi umum, orang mempunyai kesibukan yang produktif tetapi tidak mempunyai pekerjaan formal bisa dikategorikan sebagai 'pengangguran tidak kentara'. Saya lebih setuju yang harus kita sebut sebagai pengangguran adalah mereka yang tidak mempunyai pekerjaan, baik formal maupun non-formal. Doing nothing, earning nothing. Bener-bener jobless. Pengangguran dalam batasan inilah yang saya maksudkan dalam tulisan ini.

Celakanya, di antara pengangguran itu, sebagiannya adalah orang-orang terpelajar. Berapa jumlah pengangguran lulusan perguruan tinggi (Diploma, S1, S2, S3) silahkan Anda lacak sendiri. Angka-angka memang variatif, tetapi Anda pasti tercengang. Ternyata sangat banyak.

Terhadap fenomena (dan fakta) ini, institusi pendidikan banyak mendapat sorotan. Mungkin memang ada benarnya institusi tersebut harus bertanggung jawab terhadap produknya. Tetapi, menurut saya, yang paling menentukan adalah subyeknya sendiri, orang yang ngganggur itu. Kok gitu...?
Iya. Kenapa orang lain bisa dapat pekerjaan (penghasilan), tapi dia kok tidak? Kalo males nyangkul, ya ngeblog kek. Contohnya tuh, Bung Isnaini. Dengan ngeblog, penghasilannya tidak kalah dari pengawai negeri. Masih banyak lagi blogger yang awalnya sulit mendapat pekerjaan, tetapi dengan terjun di dunia internet, malah ngasih pekerjaan orang. Keren kan...?

Internet menjadi salah satu peluang untuk mengurangi angka pengangguran. Itu kalau si penganggur itu mempunyai semangat juang yang tinggi dan intelektualitas yang otentik, seharusnya tidak boleh ada lulusan perguruan tinggi nganggur.

Ada banyak peluang di Internet. Tergantung Anda menyikapinya. Intinya, kalau tamat kuliah masih nganggur, berarti bodoh.

(Maaf, jangan tersinggung dengan kata 'bodoh'. Maksud saya hanya supaya kita semua menjadi termotivasi. Saya tahu tidak ada orang suka dikatakan bodoh, kecuali kalau bener-bener bodohnya nggak ketulungan. Saya juga sadar kalau tidak semua penduduk Indonesia dapat (dan bisa) mengakses internet. Jangankan internet, listrik saja belum ada. Kalau terjebak di daerah seperti ini, teman-teman tetap harus semangat dan inovatif. Bikin kripik singkong misalnya. Itu semua dapat mengurangi angka pengangguran.)

Sabtu, 07 Februari 2009

NGENET, BISA JADI GAUL DAN TAJIR

Internet sekarang ini menjadi salah satu sarana gaul anak muda. Yang paling populer di kalangan mereka adalah friendster.com. Motivasi mereka pada umumnya adalah mencari kenalan sebanyak-banyaknya dan seluas-luasnya. Nah, ada lagi sekarang ini, ajang gaul sekaligus dapat uang. Mau coba? Gabung saja di komunitas ciao.com, pasti dapat kenalan seabrek sekaligus dapat duit cuma-cuma.

Caranya mudah. Pertama, Anda melakukan registrasi seperti biasa. Setelah, itu Anda membuat ulasan singkat (review) tentang suatu produk. Ulasan tersebut kemudian ditanggapi oleh member yang lain. Maka, mulailah aliran dollar menuju ke rekening paypal Anda.

Jika Anda merasa tidak menguasai satu produkpun di muka bumi ini, jangan khawatir. Anda pasti tetap bisa membuat review. Anda tinggal googling aja nama salah satu produk yang telah disiapkan di dalam web tersebut, nah dapat deh bahan-bahannya. Sekarang Anda tinggal meraciknya sedemikian rupa sehingga data-data itu menjadi kalimat-kalimat yang logis dan enak dibaca.

Tapi, biar review Anda dapat dibaca oleh orang di seluruh jagad ini, baiknya Anda menulis dalam bahasa Inggris. Anda kesulitan menulis dalam bahasa Inggris? Tentu bukan masalah lagi. Kan ada Google Translator. Anda bikin kalimatnya dalam bahasa Indonesia, trus pekerjakan Google Translator.... jadilah review Anda dalam bahasa Inggris. Mudah bukan?

Nah, tertarik...? Klik di sini atau pada banner di sebelah kalau mau membuktikan. Semuanya gratis.. tidak ada embel-embel ini itu.... Saya tunggu review Anda di sana, jadi nggak sabaran nih....

Jumat, 06 Februari 2009

MELACAK SUKSES BISNIS DI ALAM MAYA

Lama saya mencari-cari format bisnis (pekerjaan) yang benar-benar bisa memberikan kebebasan, baik kebebasan finansial maupun eksistensial. Suatu pekerjaan yang membebaskan kita 100% untuk memilih kapan dan dimana untuk melakukannya. Suatu pekerjaan yang benar-benar membebaskan diri kita dari segala tekanan pihak eksternal. Apakah ada pekerjaan seperti itu?

Seorang teman saya memperkenalkan saya pada internet. Dunia yang penuh dengan carut-marut informasi. Tidak jelas hitam atau putih, karena di dunia tersebut hanya kita satu-satunya yang nyata. Lalu, apa yang bisa kita perbuat dengan serbuan informasi yang tidak dapat kita pastikan kebenarannya tersebut?

Teman saya mengatakan, "Inilah tempat bekerja seperti yang kamu inginkan". Tidak serta merta saya mempercayainya. Sebab, informasi dari orang yang kita lihat bentuk manusianya saja sering tidak benar, apa lagi ini dari sumber yang tidak tampak. Mungkinkah?
Kata teman saya itu, "Kamu tidak percaya kalau kamu tidak membuktikan sendiri bukan...? Nah, kamu mau membuang begitu saja kemungkinan ini dengan beranggapan itu semua omong kosong? Atau kamu mempelajari lebih jauh, mencoba, kemudian baru memberikan kesimpulan. Siapa tahu benar.... Ok?"

Memang benar kata teman saya itu. Lebih baik mencoba, kemudian baru membuat kesimpulan. Dari pada berapriori terlebih dahulu, ternyata kesimpulan kita salah.

Nah, Anda mau mencoba...? Ikuti jejak saya.